Mental Pengemis


Beberapa waktu yang lalu, aku dapat nasehat dari guruku. Beliau adalah guru terbaik yang pernah aku kenal. Beliau adalah salah satu dari sekian banyak guruku yang mengajarkanku tentang kehidupan.

Kemarin, sebelum aku liburan, beliau berpidato di depan seluruh siswa dan seluruh dewan guru. Setiap kata-katanya aku nilai sebagai mutiara yang jarang aku temukan dari mulut setiap orang di dunia ini. Bahkan belum pernah aku temukan yang seperti beliau.

Dari sekian banyak pidatonya yang panjang kemarin, aku membuat tulisan kecil ini. Dengan gaya bahasa beliau yang menyegarkan, beliau bertanya kepada seluruh siswa dan guru. Ini adalah kebiasaan beliau, bertanya tentang suatu hal kepada kita.

“ Mana yang kamu pilih! Punya uang tapi dianggap tidak punya atau tidak punya uang tapi dianggap punya?”

Sambil berbisik-bisik kecil di antara teman-temanku, aku bingung. Pertanyaan kali ini terdengar agak aneh di telingaku, tapi menurut sebagian teman di samping tempat dudukku sangat mudah jawabannya. Pilihannya sangat mudah memang, pasti ada yang benar di antara kedua pilihan itu. Teman-temanku pun banyak yang berbeda jawabannya.

Menurut teman di depanku “mending punya uang dan dianggap tidak punya lah, jadi hidup ini santai saja, punya uang banyak tapi penampilan yang sederhana sajalah, low profile gitu dhe..,  dari pada tidak punya uang dianggap punya? Bisa-bisa diminta nraktir terus…!

Teman di samping kananku membalas “Wah, kalau aku pilih tidak punya uang tapi dianggap punya, Sugih tanpo bondo! he he…(kaya tanpa harus punya uang). Jadi hidup ini santai saja, kita tetap kaya walau ga punya uang..”

Aku sendiri masih bingung mau pilih yang mana, aku jadi plin-plan ketika itu. Menurut temanku yang pertama ada benarnya juga, menurutnya, dari pada tidak punya uang tapi dianggap punya, nanti malah yang dianggap sok kaya padahal kere. Sedangkan temanku yang kedua, bener ga ya?  kaya tanpa harus punya harta. Gimana tuh? Tidak punya uang kan artinya kere…!

Diskusi kecil kami terhenti, guruku meneruskan pidatonya. “Kalian tahu pengemis? Mereka itu punya uang, tapi pura-pura tidak punya uang, mereka itu mampu bekerja, tapi tidak mau bekerja, itulah pengemis!”.  Pengemis tidak harus berpakain compang-camping, tapi ada yang memakai dasi, tapi bermental pengemis! Mentalnya mental pengemis! Bekerjapun hanya untuk mengumpulkan uang, untuk dianggap kaya, tapi tidak mau berbagi, kaya tapi masih meminta-minta! tapi mentalnya tetap pengemis! Karena tidak pernah berderma, malah minta derma”.

Dalam hatiku bertanya “lalu kita pilih yang ke-dua? yang penting dianggap punya uang! Walau ga punya uang? Bagaimana kita berderma kalau kita tidak punya uang?”

Guruku melanjutkan, seakan-akan pertanyaanku dijawab. “ Punya uang tapi dianggap tidak punya, itu pengemis! Tidak punya uang tapi minta dianggap punya uang itu mentalnya calon pengemis!”.

Jadilah orang kaya, kaya ilmu, kaya harta, kaya amal. Berapapun ilmu yang kita punya, berapapun harta yang kita miliki, kita harus mengamalknnya, membaginya tidak akan mengurangi jumlahnya. Ilmu dan harta adalah titipan Allah yang akan berlipat ganda jika kita membaginya dengan orang yang membutuhkannya.

Wallahu A’lam bishowab..

Tinggalkan komentar

Filed under Renungan closet

Tinggalkan komentar